Menyambut Paus Fransiskus dari Kampus Parahyangan

19 September 2024

UNPAR.AC.ID, Bandung – Kedatangan Paus Fransiskus ke Indonesia membawa banyak sukacita bagi semua insan, tak terkecuali untuk komunitas akademik Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR). Sejarah akan mencatat kunjungan apostolik yang berlangsung 3-6 September 2024 ini sebagai momentum penting bagi UNPAR untuk kembali melihat perjalanan UNPAR sebagai Universitas Katolik pertama di Indonesia.

Sejalan dengan semangat Paus Fransiskus yang selalu mendorong perubahan dalam Gereja untuk berkembang lebih baik, UNPAR juga bertransformasi untuk berkembang menjadi lebih baik. Salah satu wujud transformasi UNPAR adalah selalu up to date mengikuti isu yang berkembang di masyarakat tak terkecuali peristiwa kedatangan Paus di Indonesia dalam tajuk “Faith, Fraternity, Compassion”

Selaras dengan semangat perubahan yang dibawa Paus Fransiskus, UNPAR, sebagai Perguruan Tinggi Katolik telah membuat berbagai macam gerakan perubahan. Satu hal yang paling nyata sudah dilakukan UNPAR adalah gerakan bersama kepedulian UNPAR terhadap lingkungan. Hal ini selaras dengan seruan Paus Fransiskus seperti tertuang pada ensikliknya “Laudato Si” yang berisi tentang seruan terhadap isu ekologis, bagaimana umat manusia harus menjaga ibu bumi.

Sejalan dengan “Laudato Si”, isu ekologis telah menjadi urgensi UNPAR sejak lama. Banyak hal yang telah dilakukan, mulai dari melahirkan MBKM Khas UNPAR, yaitu MBKM Ekologi SINDU UNPAR; MBKM Ekologi Design Thinking hingga KKN Ekologi UNPAR. 

Berbagai kolaborasi pun telah dilakukan dalam pengelolaan sampah. Kolaborasi bersama Rekosistem dan Blu by BCA menghadirkan waste station. Stasiun daur ulang tersebut menerima sampah anorganik meliputi plastik, kertas, kaca, e-waste dan metal serta minyak jelantah.

Medio 2022 lalu, UNPAR juga bekerja sama dengan Rekosistem dalam menangani sampah elektronik. Wadah pengumpulan sampah elektronik yang dinamai Kubika Nawasena tersebut menjadikan UNPAR sebagai universitas pertama di Bandung yang berkolaborasi dengan Rekosistem dalam hal electronic waste campaign.

Perhatian UNPAR akan isu lingkungan juga diimplementasikan dengan upaya pengelolaan sampah secara mandiri sejak 7 tahun terakhir. Sampah organik dan anorganik dikelola di dalam kampus dengan berbagai metode. Tak heran jika berkunjung ke UNPAR, sangat mudah menemukan lubang-lubang biopori yang menjadi salah satu metode pengelolaan sampah organik. 

Selain biopori, sampah organik pun dikelola menjadi kompos. Sampah organik juga dimanfaatkan sebagai biogas di UNPAR. Sejauh ini, sampah dari UNPAR yang dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) hanya sampah residu. Meski masih memerlukan upaya yang signifikan dan komitmen yang tinggi, asa UNPAR untuk menciptakan Kampus Zero Waste sepertinya tak akan jadi angan semata.

Praktik yang dilakukan selama ini pun mendapat sorotan dari pemerintah setempat dan menjadikan UNPAR sebagai kampus percontohan untuk pengelolaan sampah secara mandiri. 

Tak hanya sekadar gegap gempita menyambut kedatangan Paus Fransiskus ke Indonesia, upaya UNPAR tersebut perlu dilihat sebagai praktik nyata yang sudah berlangsung sejak lama. Meski begitu, tak salah rasanya jika peristiwa penting hadirnya Paus ini semakin memperteguh pemahaman yang baik dan benar akan praktik yang selama ini telah UNPAR lakukan. 

“Kehadiran Sri Paus ke Indonesia memberi makna berbeda bagi kami di lingkungan Universitas Katolik Parahyangan. Sebagai Perguruan Tinggi Katolik, kami ingin memastikan bahwa semua yang dilakukan dan dikembangkan sejalan dengan ajaran,” ucap Rektor UNPAR Prof. Tri Basuki Joewono, Selasa (4/9/2024).

Sebagai lembaga akademis, maka upaya memaknai kehadiran Sri Paus dilakukan dengan cara yang khas dunia akademis, Bedah buku. Bekerja sama dengan Gramedia Pustaka Utama, UNPAR melaksanakan acara bedah buku bertajuk “Mengenal Lebih Dekat Paus Fransiskus”, Kamis (29/8/2024).

Bersama para dosen, tenaga kependidikan, mahasiswa hingga masyarakat umum, UNPAR mengajak partisipasi banyak orang untuk setidaknya mengenal Paus Fransiskus melalui tiga buku, yaitu “Paus dari Dunia Baru”; “Manusia Pendoa”; dan “Mari Bermimpi”.

Melalui 3 buku itu, UNPAR mengajak publik melihat sosok Paus Fransiskus tidak hanya berperan penting secara konteks keagamaan, namun juga dalam skala global. Tak sekadar menyapa umat Katolik, tetapi membawa pengaruh luas karena sosoknya sebagai pemimpin moral di level internasional.

Paus Fransiskus adalah tokoh yang berhasil menunjukkan bagaimana nilai-nilai gereja dapat relevan dan diterapkan dalam menghadapi isu-isu global seperti kemiskinan, ketidakadilan, dan kerusakan lingkungan.

“Kami berharap pengalaman bedah buku ini akan membantu membawa kita semua ke tempat yang lebih tinggi, dimana pemahaman akan membawa kita menjadi manusia baru dengan inspirasi Sri Paus Fransiskus. Semoga warga UNPAR akan menjadi pembawa kebaikan untuk menjadikan Dunia Baru,” tuturnya. (Ira Veratika SN-Humas UNPAR)